Bahaya Hoax, di masa Pilkada 2020
|
Reporter : Nofi Purnatasari
Editor : Pungki Dwi Puspito
Tulungagung (tulungagung.bawaslu.go.id) – Hoax terlihat seakan-akan dampaknya besar, karena memang kesadaran mengenai itu memang masih rendah. Kalau kesadaran itu tinggi maka tidak akan berdampak semerusak itu, ditambah lagi penyelenggaran pilkada 2020 semakin dekat. Demikian diungkapkan oleh Anita Wahid dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) saat menjadi narasumber pada acara webinar peningkatan kapasitas pengawas Pemilu dalam pengawasan media sosial, Selasa (15/09/2020)
Anita mengatakan, ada empat cara kerja hoax yaitu dari rasa curiga yang mengakibatkan orang menjadi tidak percaya, kemudian ketika ketidak percayaan itu timbul maka akan berakibat menjadi kemarahan, dampak yang timbul dari rasa marah yaitu benci, ujar Anita.
“Di Era sekarang ini teknologi informasi semakin berkembang, media sosial semakin maju, mengakibatkan penyebaran hoax mayoritas melalui media sosial, berbeda dengan zaman dahulu hanya sekedar bergosip. Kita harus lebih cermat dalam menerima informasi, sehingga tidak dengan mudah percaya begitu saja”, tambah Anita.
Menurut Anita, pada Pilkada hoax muncul dan dimanfaatkan oleh pihak tertentu sebagai senjata konflik dan kontestasi politik, yaitu muncul dalam bentuk black campaign dan informasi yang menyerang pihak tertentu, yang dengan sengaja digunakan untuk mengelabui dan mengurangi kemungkinan lawan untuk menyerang. Kemudian di Indonesia sendiri, isu yang paling banyak digunakan adalah agama, rasial, dan ideology, yang dikampanyekan baik secara online maupun offline, jelasnya.